Pengertian Uang Beredar
Sebelum memulai cara menghitung jumlah uang beredar, kita harus memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan uang beredar. Uang beredar adalah jumlah uang tunai atau tidak tunai yang beredar di masyarakat dan bisa digunakan sebagai alat tukar. Uang beredar ini juga terdiri dari uang kertas, uang logam, dan uang giral yang berada di dalam sistem perbankan.
Uang beredar ini sangat penting untuk dipantau oleh pemerintah karena dapat mempengaruhi laju inflasi di suatu negara. Semakin banyak uang yang beredar di masyarakat, semakin besar pula potensi terjadinya inflasi. Oleh sebab itu, perhitungan jumlah uang beredar menjadi hal yang penting untuk dilakukan.
Cara Menghitung Uang Beredar
Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghitung jumlah uang beredar di suatu negara. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan metode agregat monetari (monetary aggregate). Metode ini mengukur jumlah uang yang beredar melalui tiga kategori, yaitu M1, M2, dan M3.
M1 merupakan jumlah uang tunai yang beredar di masyarakat dan uang giral yang dapat langsung digunakan untuk melakukan pembayaran. M2 adalah M1 ditambah dengan simpanan berjangka di bank, sedangkan M3 mencakup M2 ditambah dengan bentuk uang paling likuid seperti sertifikat deposito dan surat berharga pasar uang.
Untuk menghitung jumlah uang beredar dengan metode agregat monetari, pemerintah harus melakukan survei dan mendata semua transaksi yang terjadi di dalam masyarakat. Dalam survei ini, pemerintah juga harus memperhitungkan uang yang berada di dalam sistem perbankan serta uang yang dipegang oleh masyarakat dalam bentuk tabungan dan deposito.
Kesimpulan
Mengetahui cara menghitung jumlah uang beredar menjadi penting untuk melihat keadaan perekonomian di suatu negara. Dalam upaya mengendalikan inflasi, pemerintah perlu memperhatikan besarnya uang beredar di masyarakat. Melalui metode agregat monetari, pemerintah dapat menentukan jumlah uang yang beredar dan melakukan kebijakan moneter yang tepat.