Seri drama Korea atau yang lebih dikenal dengan sebutan drakor, telah menjadi fenomena populer di kalangan pecinta hiburan di seluruh dunia. Salah satu drakor terbaru yang sedang membuat gelombang adalah “It’s Okay to Not Be Okay”. Dibintangi oleh Kim Soo-hyun dan Seo Ye-ji, drakor ini menghadirkan cerita yang unik dan penuh emosi, menggali lebih dalam tentang stigma terhadap kesehatan mental dan pentingnya menerima diri sendiri tanpa penilaian negatif. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang drakor ID “It’s Okay to Not Be Okay”.
Drakor ID “It’s Okay to Not Be Okay” mengisahkan tentang Moon Gang-tae (diperankan oleh Kim Soo-hyun), seorang pekerja di pusat perawatan kesehatan jiwa dan saudara laki-lakinya yang menderita autisme. Gang-tae memiliki satu tujuan hidup, yaitu menjaga dan melindungi saudara laki-lakinya. Namun, hidupnya berubah ketika ia bertemu dengan seorang penulis misterius bernama Ko Moon-young (diperankan oleh Seo Ye-ji). Moon-young memiliki masa lalu yang kelam dan sikap yang tidak terduga, tetapi dia juga hidup dengan beban emosional yang berat.
1. Menggali Stigma Terhadap Kesehatan Mental
Salah satu aspek yang membuat “It’s Okay to Not Be Okay” menarik adalah cara dramatis menggambarkan stigma terhadap kesehatan mental. Melalui karakter utama, Gang-tae dan Moon-young, penonton dihadapkan pada berbagai kondisi mental yang berbeda dan bagaimana masyarakat umum sering kali menilainya. Dalam cerita ini, penonton diajak untuk melihat bahwa setiap orang memiliki kelemahan dan perjuangan mereka sendiri, dan bahwa tidak ada yang salah dengan itu. Melalui narasi yang kuat, drakor ini mengajarkan kita untuk lebih empati dan menghargai perbedaan.
Di bagian awal cerita, Gang-tae seringkali dianggap sebagai “saudara yang sempurna” yang selalu mengorbankan dirinya sendiri demi kebahagiaan saudara laki-lakinya. Namun, dengan bertemu Moon-young, dia belajar untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupan pribadinya dan menyadari bahwa ia juga memiliki hak untuk bahagia. Ini adalah pesan yang sangat penting, terutama dalam masyarakat yang seringkali menekan individu untuk selalu menjadi “kuat” dan mengabaikan kesehatan mental mereka.
2. Menerima Diri Sendiri Tanpa Penilaian Negatif
Drakor ID “It’s Okay to Not Be Okay” juga mengangkat tema penting tentang menerima diri sendiri tanpa penilaian negatif. Dalam perjalanan mereka, baik Gang-tae maupun Moon-young memiliki masa lalu yang rumit dan trauma yang mempengaruhi pola pikir dan cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Namun, mereka belajar untuk menerima diri mereka sendiri, termasuk sisi gelap mereka, dan memperjuangkan kebahagiaan mereka sendiri.
Moon-young, sebagai seorang penulis, digambarkan sebagai sosok yang berbeda dan eksentrik. Dia menghadapi banyak kritik dan penilaian negatif dari masyarakat karena kepribadiannya yang tajam dan sikapnya yang tidak terduga. Namun, dia tidak membiarkan penilaian negatif tersebut menghentikannya untuk menjadi dirinya sendiri. Dia mengajarkan kepada penonton bahwa kita semua memiliki sisi gelap dan keunikan kita sendiri, dan bahwa penting untuk menerima dan mencintai diri kita apa adanya.
3. Hubungan Emosional yang Mendalam
Salah satu daya tarik utama dari “It’s Okay to Not Be Okay” adalah hubungan emosional yang mendalam antara karakter utama. Gang-tae dan Moon-young saling melengkapi satu sama lain dengan cara yang tidak terduga. Mereka mendukung dan menguatkan satu sama lain dalam perjalanan mereka menuju kesembuhan dan pertumbuhan pribadi.
Hubungan mereka terjalin dengan latar belakang yang kompleks dan berbagai rintangan yang harus mereka hadapi. Namun, melalui perjuangan bersama, mereka belajar untuk saling menghargai dan mencintai satu sama lain dengan segala kelebihan dan kekurangan. Kedekatan emosional mereka menghadirkan momen-momen yang mengharukan dan menginspirasi, serta mengajarkan kepada penonton tentang pentingnya dukungan dan pengertian dalam hubungan antarmanusia.
4. Visual yang Memikat dan Simbolisme
Selain cerita yang kuat, “It’s Okay to Not Be Okay” juga menonjol dengan visual yang memukau dan simbolisme yang tersembunyi. Setiap adegan dipikirkan dengan cermat dan diatur secara artistik, menciptakan atmosfer yang mendalam dan menggugah emosi penonton.
Warna-warna yang digunakan dalam setiap adegan memiliki makna dan simboliknya sendiri. Misalnya, warna biru sering digunakan untuk mewakili ketenangan dan kesembuhan, sementara warna merah melambangkan emosi yang kuat dan penuh gairah. Penggunaan simbol-simbol seperti kupu-kupu juga memberikan dimensi baru pada cerita, menggambarkan transformasi dan pertumbuhan karakter.
5. Soundtrack yang Menghanyutkan
Tak dapat dipungkiri bahwa musik dan soundtrack memainkan peran penting dalam menciptakan suasana dalam sebuah drakor. “It’s Okay to Not Be Okay” tidak hanya memiliki alur cerita yang kuat, tetapi juga menyajikan soundtrack yang menghanyutkan.
Lagu-lagu yang digunakan dalam drakor ini memiliki lirik yang mendalam dan melodi yang indah, sesuai dengan tema dan perasaan yang sedang dialami oleh karakter-karakternya. Soundtrack ini menggambarkan emosi yang rumit dan memperkuat pengalaman menonton, menjadikan drakor ini lebih hidup dan mengena di hati penonton.
Dalam kesimpulannya, drakor ID “It’s Okay to Not Be Okay” adalah sebuah karya yang unik dan menginspirasi. Dengan menggali stigma terhadap kesehatan mental, menerima diri sendiri tanpa penilaian negatif, dan menghadirkan hubungan emosional yang mendalam, drakor ini mengajarkan kepada penonton tentang pentingnya empati, pengertian, dan keberanian untuk menjadi diri sendiri. Ditambah dengan visual yang memukau dan soundtrack yang menghanyutkan, “It’s Okay to Not Be Okay” adalah drakor yang tidak boleh dilewatkan.