MALANG POST – Wisata kuliner Payung di Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu, Kota Batu dulu pernah menjadi primadona dan sempat mengalami masa jaya. Namun, pesona wisata Payung saat ini mulai memudar, makin terpuruk dan sepi pengunjung.
Dengan kondisi seperti itu, seyogyanya para pedagang melakukan inovasi dan terobosan untuk kembali menarik minat pembeli. Namun karena ulah salah seorang pedagang, bisa saja kondisi wisata kuliner Payung makin terpuruk.
Seperti halnya dialami salah seorang wisatawan yang mengalami hal kurang mengenakan saat berburu kuliner di kawasan Payung pada momen libur Lebaran lalu. Pengunjung mengalami getok harga atau harga yang tidak wajar dari salah satu warung di kawasan tersebut.
Hal itu diketahui setelah pengunjung melaporkan kejadian tersebut kepada Paguyuban Warung Wisata Payung. Hal tersebut turut dibenarkan Ketua Paguyuban Warung Wisata Payung Kota Batu, Endrik Andika.
“Benar, kami telah mendapatkan laporan dari tamu kalau kena getok harga di kawasan Payung 3. Kejadian ini diawali dari daftar menu yang tidak ada harganya,” kata Endrik, Minggu (13/4/2025).
Berdasar keterangan pengunjung yang diperolehnya, saat itu pengunjung memesan omelet satu porsi, roti bakar satu porsi dan STMJ dua porsi. Setelah membayar, tamu dikenakan harga tidak wajar yakni omelet Rp30.000, roti bakar Rp20.000 dan STMJ Rp50.000.
”Sedangkan, harga rata-rata di warung yang berada di kawasan Payung adalah STMJ Rp12.000 per porsi, roti bakar dan omelet Rp10.000 sampai Rp12.000 per porsi,” jelasnya.
Lebih lanjut, Endrik turut menguraikan, setelah pengunjung yang menjadi korban tersebut melaporkan kepada paguyuban. Selanjutnya, paguyuban langsung menindaklanjuti kepada oknum warung tersebut dan ditemukan bukti bahwa terdapat daftar menu yang tidak ada harganya.
Bahkan berdasarkan laporan dari tetangga sekitar dan pengunjung, diketahui bahwa hal ini telah dilakukan oknum tersebut sudah berulang kali sejak Tahub 2017 lalu terkhusus pada momen liburan.
”Lokasinya wisata payung 3 atas nama cafe Moro Seneng. Warung ini memiliki ciri khusus terdapat aquarium besar di dalamnya,” imbuh Endrik.
Endrik berharap, penjelasannya tersebut menjadi salah satu klarifikasi bahwa isu yang beredar tentang getok harga di wilayah wisata payung selama ini adalah tindakan oknum. Oknum tersebut merusak citra dan merugikan warga yang berjualan dengan sungguh-sungguh.
”Pengurus paguyuban akan melaporkan kepada pihak terkait yakni Satpol PP dan Perhutani selaku pemilik lahan untuk melakukan penindakan,” tutupnya. (Ananto Wibowo)