Serangan Tarif Trump Bikin Harga Kopi Naik, Pengusaha Kafe Pusing

Serangan Tarif Trump Bikin Harga Kopi Naik, Pengusaha Kafe Pusing


Jakarta

Harga kopi di Amerika Serikat (AS) naik imbas tarif impor tinggi, memberatkan pemilik kafe dan toko roti. Beberapa bisnis AS mengatakan antrean untuk menikmati latte di pagi hari sudah semakin pendek karena pelanggan mengencangkan ikat pinggang mereka.

Terlebih, biji kopi yang diimpor dari negara lain menjadi lebih mahal. Sebagai informasi warga negara Paman Sam menghabiskan US$ 100 miliar atau Rp 1.680 triliun (kurs Rp 16.800) setahun untuk kopi, meskipun angka itu mungkin akan berubah.

Dilansir dari BBC, Sabtu (12/4/2025), Jorge Prudencio yang mengelola Bread Bite Bakery di Washington DC mengatakan distributor kopinya yang berbasis di Kolombia baru saja menaikkan harga setelah tarif yang berlaku mulai berlaku minggu lalu. Sebagian besar kopi di AS diimpor.


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Faktanya berdasarkan data Departemen Pertanian AS, negara dengan ekonomi terbesar dunia itu merupakan importir kopi terbesar kedua di dunia. Mayoritas kopi di AS diimpor dari Brasil hingga kolombia.

Sejak 5 April, impor kopi telah dipengaruhi oleh tarif AS sebesar 10% terhadap sebagian besar negara. Prudencio mengatakan pemasok kopinya telah memberitahunya bahwa pesanan berikutnya akan mengalami kenaikan harga lagi.

Ia menambahkan bahwa toko rotinya pasti akan menaikkan harga bagi pelanggan hanya untuk mencapai titik impas. Ketika ditanya apakah ia khawatir, Prudencio dengan tegas membenarkan hal itu.

Sementara itu, Manajer kafe Au Lait di ujung jalan, Kamal Mortada, mengatakan bahwa ia telah melihat dampak kenaikan harga yang terus-menerus selama beberapa waktu. Inflasi melonjak ke titik tertinggi dalam 40 tahun di bawah mantan Presiden AS Joe Biden.

Read This:  Drakorkita Queen of Tears: Drama Korea yang Menguras Air Mata

Sebelum tarif diberlakukan, kopi bubuk mencapai harga tertinggi yang pernah tercatat pada Maret 2025, dan harganya lebih mahal satu dolar dari tahun sebelumnya, dan US$ 3 di atas harga Maret 2020.

“Pelanggan kopi kami berkurang,” kata Mortada.

“Kebanyakan pelanggan hanya memesan kopi biasa, alih-alih menambahkan sirup dan susu,” sambungnya.

Harga pada menu telah naik hingga 25% dan orang-orang kini membeli kopi dalam ukuran yang lebih kecil. Mortada juga telah mengubah kebiasaannya sendiri sebagai konsumen. Alih-alih pergi ke Starbucks seperti biasa, ia menyeduh kopi di rumah.

Ia mengatakan telah melihat harga secangkir kopi naik setidaknya setengah dolar, dan khawatir harga akan naik lagi. Di pantai seberang di San Francisco, pemilik kedai kopi lokal lainnya tengah bergulat dengan apa arti tarif bagi bisnisnya.

Jenny Ngo, yang mengelola Telescope Coffee, mengatakan bahwa ia menunggu kabar tentang seberapa besar kenaikan harga kopi sangrainya. Kopi yang ia jual berasal dari Ethiopia dan Guatemala, keduanya menghadapi tarif standar 10%.

Ia juga mengimpor cangkir kopi dinginnya dari China, dan mengatakan bahwa ia melihat harga cangkir-cangkir itu melonjak dalam semalam.”Kami sayangnya memproyeksikan untuk menaikkan harga lagi untuk mempertahankan bisnis kami,” sebut Jenny.

(ily/hns)

Source link